Kita tidak hanya menyandang satu peran sebagai diri sendiri,tapi juga beberapa peran dalam hidup ini,sebagai anak dari seseorang,sebagai kakak atau adik,sebagai sahabat atau teman. Setiap peran disertai dengan harapan,harapan orang tua kepada kita,harapan keluarga,harapan teman dan sahabat. Mereka tentunya memiliki harapan yang berbeda-beda terhadap diri kita. Namun secara garis besar mereka memiliki harapan agar kita menjadi orang yang baik,sukses,bahagia, dan lebih peduli. Mereka ingin melihat kita dalam kondisi yang lebih baik,secara perilaku,mental,fisik,hubungan,status maupun materi. Terkadang apa yang mereka harapkan dari diri kita merupakan cerminan dari apa yang mereka harapkan dari diri mereka sendiri. Dengan melihat kita mampu mewujudkan harapan mereka,mereka merasa ada bagian dari dirinya yang telah mewujudkan harapan mereka terhadap diri sendiri. Oleh karena itu mereka merasa senang bila kita mampu mewujudkan harapan mereka,dan merasa sedih jika kita gagal mewujudkan harapan mereka.
Tentu dalam hidup tak mungkin untuk mewujudkan harapan setiap orang. Beberapa orang,juga mereka yang dekat dengan kita,kadang harus merasakan kekecewaan karena kenyataan yang mereka lihat dalam diri kita tidak sesuai dengan apa yang ada di kepala mereka. Kegagalan dalam memenuhi harapan-harapan bisa terjadi karena harapan-harapan tersebut diluar kemampuan atau keinginan kita,atau bisa jadi kita gagal memenuhi harapan-harapan itu karena kesalahan murni yang kita buat. Kita mampu,namun karena perilaku,sifat,atau kebiasaan buruk, kita telah mencegah harapan seseorang menjadi kenyataan. Kita dengan sengaja,baik secara sadar maupun tidak sadar,telah membuat hati seseorang manusia terluka. Kegagalan kita tidak hanya menyakiti diri kita sendiri,namun juga menggores hati mereka yang ingin melihat kita berhasil. Namun bagaimana jika kegagalan,ketidakmampuan untuk memenuhi harapan telah terlanjur terjadi? Tentunya waktu tak dapat diminta untuk mundur semata-mata agar kita dapat memperbaiki kesalahan kita di masa lalu. Bagaimana jika kita terlanjur membuat luka di hati seseorang akibat kegagalan kita? Bagaimana perasaan orang yang harapannya pupus di tangan kita?
Kadang mereka mengerti status kita sebagai manusia yang memiliki kemungkinan berbuat kesalahan. Kadang mereka meluapkan kekecewaan mereka dengan kemarahan atau air mata. Kadang mereka hanya memendam begitu saja harapan yang hilang. Satu yang pasti mereka kecewa,sedikit atau banyak,diperlihatkan atau tidak diperlihatkan,jauh dalam hati mereka kecewa. Ada sebuah kasus dimana harapan yang digantungkan kepada diri kita sangat besar,sehingga ketika harapan itu gagal terpenuhi kekecewaan besar terjadi,luka baru yang dalam tercipta. Karena dihantam oleh kekecewaan yang dalam,insting manusia mereka mengatakan untuk tidak ingin merasakan hal seperti itu lagi. Maka sebuah keputusan diambil,keputusan untuk tidak menggantungkan harapan lagi kepada kita,dengan begitu peluang kita mengecewakan mereka lagi menjadi hilang. Tapi apakah benar begitu? Apakah mereka benar-benar berhenti berharap kepada kita untuk menghilangkan kekecewaan mereka? Apakah kita tidak punya peluang lagi untuk mengecewakan mereka lagi karena kegagalan atau kesalahan kita? Jawabannya ”tidak”. Mereka tidak benar-benar berhenti berharap kepada kita,bahkan mereka terus berharap dalam alam bawah sadar mereka. Buktinya,jika suatu hari kita mampu mengembalikan harapan mereka yang pernah kita buang mereka akan merasa senang sekali. Itu karena mereka masih berharap,dan ketika harapan itu akhirnya terwujud tidak lain kebahagiaanlah yang datang.
Mereka tidak pernah berhenti berharap. Mereka tidak pernah menghapus hutang-hutang harapan kita kepada mereka. Artinya kita masih punya hutang untuk dilunasi,artinya juga kita masih punya kesempatan untuk menyembuhkan hati yang pernah kita lukai. Jadi jika kita telah mengecewakan seseorang karena gagal memenuhi harapannya jangan berhenti mencoba untuk terus memenuhi harapan tersebut,jika memang harapan tersebut sesuai dengan apa yang ada dalam diri kita. A hope never lost,their just burried.