Ardi Anthology

Saturday, December 09, 2006

Apa Rasanya?

Mungkin suatu saat akan ada orang yang bertanya kepadaku ‘Apa rasanya menjadi sadar?’ atau ‘Apa rasanya dapat menikmati segala sesuatunya?’ atau pertanyaan-pertanyaan lain yang berkaitan dengan pengalaman diri. Kalau nanti ada orang yang bertanya seperti itu, aku akan balik bertanya kepadanya ‘Apa rasanya buah mangga yang kau makan? Jelaskan kepadaku bagaimana rasa buah mangga sehingga aku dapat tahu persis rasa itu seperti yang kau rasakan! Jika aku tidak mendapat pengertian tentang rasa mangga dari penjelasanmu maka ku anggap penjelasanmu itu sia-sia’.

Bagaimana mungkin menjelaskan rasa. Bagaimana mungkin menjelaskan pengalaman-pengalaman, terutama yang menyangkut pengalaman dalam (insperience) dan pengalaman-pengalaman keilahian. Jika rasa buah mangga saja tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, apalagi rasa pengalaman-pengalaman yang dalam tersebut.

Pengalaman bukanlah pengetahuan. Pengalaman tidak bisa diberikan. Seseorang harus mencarinya sendiri. Penjelasan-penjelasan mengenai sebuah pengalaman adalah sia-sia. Seperti engkau menjelaskan rasa mangga kepada orang yang belum pernah makan mangga.

Sunday, August 20, 2006

Satu Kebaikan Kecil

Ketika sedang duduk-duduk di belakang kantor memandangi bukit, mataku tertuju pada sebuah pohon yang tidak terlalu besar. Aku mencoba merasakan menjadi dirinya dan mulai mengajukan satu pertanyaan pada pohon tersebut. Untuk apa engkau mempertahankan hidupmu? padahal dirimu tak menghasilkan buah yang berguna bagi manusia. Walaupun engkau mati, itu tak ada bedanya bagi manusia ataupun lingkungan disekelilingmu. Tak ada yang memperhatikan engkau,bahkan mungkin tidak ada yang tahu engkau ada. Engkau hanya sebuah pohon yang kecil. Tak ada bedanya apakah engkau ada atau tidak. Tidak ada yang peduli engkau hidup atau mati. Seumur hidupmu,sejak kau tumbuh hingga kau tumbang kau akan tetap tinggal di bukit ini,tidakkah kau bosan,tidakkah kau ingin mengakhiri hidup ini sekarang juga dan pergi ke surga tumbuh-tumbuhan. Juga lihat disekelilingmu,tidak ada pohon lain sejenismu,engkau sendirian,tidakkah engkau kesepian. Masih inginkah engkau hidup dengan segala keadaanmu yang seperti ini? Masih punyakah engkau alasan untuk hidup?

Kutunggu pohon itu memberikan jawabannya. Tak berapa lama ia menjawab dengan perlahan namun penuh keyakinan; ‘ya,aku masih ingin hidup’. Lalu ku bertanya lagi; untuk alasan apa engkau masih ingin hidup? Adakah sesuatu yang berharga yang membuatmu betah tinggal di dunia ini? Adakah tujuan yang masih ingin kau capai? Ia terdiam. Namun ku tahu ia diam bukan karena tidak punya jawaban atau sedang memikirkan jawabannya. Ku tahu ia diam karena jawaban dari pertanyaanku merupakan salah satu dari rahasia-rahasia Allah yang tidak bisa diberitahu ke sembarang orang. Ku tahu ia diam karena menunggu izin dari Allah untuk menceritakan salah satu rahasiaNya.

Jadi akupun menunggu. 5 menit,15 menit,30 menit, belum ada jawaban. Mungkin belum waktunya aku mengetahui rahasia ini,begitu pikirku. Jadi kuperhatikan saja pohon tersebut,berharap Allah bermurah hati mengungkapkan rahasiaNya yang berharga. Hingga ada burung kecil hinggap di dahannya untuk beberapa detik. Ketika burung itu pergi,ketika itu juga jawabanku terjawab. Dalam waktu kurang dari satu detik,tanpa kata-kata, pertanyaanku terjawab seketika.

Maha Suci Tuhanku. Jika Ia ingin memberikan pengetahuan kepada makhlukNya Ia berkuasa memberikannya tanpa hitungan waktu,tanpa melalui satu huruf pun. Jawabannya adalah; pohon itu tetap mempertahankan kehidupannya untuk melakukan satu kebaikan kecil dalam rentang hidupnya. Kebaikan yang sesederhana menjadi tempat berpijak seekor burung kecil selama beberapa detik. Hanya itu yang membuat pohon tersebut menolak untuk mati ditengah segala kekurangan yang ia hadapi. Satu kebaikan kecil yang bahkan tidak diketahui oleh pohon tersebut. Yang ia tahu hanyalah jika satu kebaikan kecil itu sudah ia lakukan maka ia bisa dengan tenang meninggalkan dunia ini. Namun ia tidak akan pernah tahu satu kebaikan kecil apakah yang menjadi alasan keberadaannya. Jadi ia terus hidup dari hari ke hari, terus melakukan satu kebaikan kecil setiap harinya. Dan ketika suatu saat ia mati, ia tahu berarti ia telah melakukan satu kebaikan kecil yang menjadi alasan dirinya diciptakan. Satu kebaikan kecil sesederhana menjadi tempat hinggap seekor burung kecil selama beberapa detik.

Thursday, June 29, 2006

Makhluk Hidup Bernama Kebiasaan

Kebiasaan merupakan perilaku yang terlalu sering diulang sehingga kita melakukan perilaku tersebut tanpa berpikir lagi. Kebiasaan merupakan pilot otomatis dalam kehidupan kita, ia bisa memudahkan hidup kita juga bisa mempersulit hidup kita. Kebiasaan memudahkan kita dalam hal melakukan hal-hal yang rutin seperti berbicara, berjalan, berpikir, pergi dan bangun tidur, dan hal-hal lainnya sehingga kita tidak perlu berpikir setiap kali kita menghadapi situasi atau melakukan sesuatu yang kita lakukan berulang-ulang. Di sisi lain kebiasaan juga bisa dan sering terasa menyulitkan kita, kebiasaan seperti ini sering disebut kebiasaan buruk. Pada awalnya, kita hanya melakukan suatu perilaku yang mungkin hanya iseng, atau mungkin terlihat menyenangkan bagi kita seperti merokok, menunda pekerjaan, berbicara tentang hal-hal yang tidak perlu, mengeluh, dan sejuta kebiasaan buruk yang harus dihadapi oleh miliaran manusia di muka bumi. Kebiasaan, oleh karena itu bukanlah sesuatu yang buruk atau baik, semua itu tergantung pada bagaimana kita menyikapinya. Bagaimanapun kebiasaan juga merupakan ciptaan Tuhan, dan Tuhan tidak menciptakan sesutau tanpa tujuan, Ia juga tak mungkin menciptakan sesuatu dengan sia-sia.

Kebiasaan bukanlah benda mati, ia hidup dan memiliki kehidupannya sendiri. Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah mempertahankan kelangsungan hidupnya. Itu sebabnya kebiasaan sulit sekali dihilangkan. Karena sebagai makhluk hidup ia ingin terus hidup, tidak peduli betapapun buruk efek yang terjadi karena keberadaannya. Segala usaha untuk menghilangkan eksistensinya akan mendapat perlawanan mati-matian. Jika engkau memukulnya ia akan balik menghantammu. Jika engkau berteriak kepadanya bahwa engkau akan membunuhnya, ia akan balik berkata lantang bahwa ia akan terus hidup selama engkau hidup. Namun kebiasaan bukanlah makhluk hidup yang berakal seperti manusia, ia lebih seperti hewan; hidup dengan mengikuti instingnya. Dan insting bertahan hidup merupakan insting terkuatnya. Jadi jangan terlalu mengambil resiko dengan mencoba membunuhnya, apalagi dengan terang-terangan menyatakan perang. Salah-salah engkau bisa terlibat dalam peperangan tanpa akhir. Atau mungkin lebih buruk lagi, ia menjadi lebih kuat karena engkau dengan tekun melatihnya tentang bagaimana bertahan hidup.

Sebagai makhluk hidup, kebiasaan juga butuh makan. Semakin besar ukuran sebuah kebiasaan, semakin besar kebutuhan makannya. Ia makan setiap kali kita mengulang kebiasaan tersebut. Semakin sering kita melakukan suatu kebiasaan, semakin besar dan kuatlah ia. Sayangnya kita sebagai manusia yang menjadi induk semang yang memberinya makan kadang tak bisa mengontrol pola makannya. Jika kita mencegahnya untuk makan itu berarti kita telah mengancam kelangsungan hidupnya. Dan anda tahu apa yang terjadi jika kita mengancam kelangsungan hidupnya?

Lalu jika upaya menyingkirkan kebiasaan buruk merupakan usaha yang sia-sia, apakah kita harus berhenti berusaha menghilangkan kebiasaan tersebut dalam hidup kita? Apakah kita akan selamanya membiarkan kebiasaan buruk tersebut menemani diri kita? Apakah itu berarti kita menyerah terhadap kebiasaan buruk? Mungkin komentar-komentar seperti ini yang muncul jika anda membaca artikel ini. Tapi tunggu dulu artikel ini belum selesai. Kebiasaan memang tak bisa dengan sengaja dibunuh. Namun tidak berarti ia tidak bisa mati. Sebagai makhluk hidup, kebiasaan juga punya insting bahwa kelak maut akan menjemputnya. Ingat dengan kisah katak yang mati perlahan di ketel yang dipanaskan perlahan. Apakah katak itu melawan? Apakah katak itu akhirnya mati? Kebiasaan, seperti dikatakan diatas lebih mirip seperti hewan, seperti katak tadi. Anggap saja kebiasaan buruk itu sebagai hewan yang terbiasa hidup di tempat yang gelap dan dingin, dan tempat itu adalah diri kita. Karena memang kita jarang sekali merasa bahwa diri kita sebegitu buruknya. Jadikanlah tempat yang gelap dan dingin itu menjadi tempat yang terang dan hangat oleh pancaran cahaya. Manusia hampir mustahil mengubah tempat gelap yang dingin menjadi tempat terang yang hangat dalam semalam. Namun dalam jangka panjang setiap manusia bisa. Dengan berubahnya habitat kebiasaan secara perlahan,ia tidak akan merasakan ancaman dalam hidupnya. Ia tetap ada, namun tanpa disadari kondisinya semakin lemah. Dan ketika akhirnya ia sadar kondisi mengancam hidupnya ia sudah terlalu lemah untuk melawan, bahkan ia tak tahu siapa yang harus ia lawan. Dan ia beranggapan bahwa ia mati karena itu sudah takdirnya.

Jadi berhentilah melawan kebiasaan buruk anda. Berhentilah memusuhinya. Berhentilah menyanggah keberadaannya. Terimalah ia sebagai bagian dari dirimu, setiap manusia memiliki sisi putih dan sisi hitam. Biarkan ia melakukan dulu tugasnya sebagai sisi hitam. Dan disaat yang bersamaan berkomitmenlah untuk memfokuskan sebagian besar perhatianmu pada kebaikan yang ingin kau raih. Jika kebiasaan itu muncul, terimalah ia sebagai bagian dari dirimu. Teruslah berfokus pada kebaikan yang ingin anda raih. Dan anda akan merasakan kebiasaan itu lebih jarang muncul, dan pada akhirnya engkau akan heran kemana kebiasaan itu pergi.

Tuesday, June 27, 2006

HUTANG HARAPAN

Kita tidak hanya menyandang satu peran sebagai diri sendiri,tapi juga beberapa peran dalam hidup ini,sebagai anak dari seseorang,sebagai kakak atau adik,sebagai sahabat atau teman. Setiap peran disertai dengan harapan,harapan orang tua kepada kita,harapan keluarga,harapan teman dan sahabat. Mereka tentunya memiliki harapan yang berbeda-beda terhadap diri kita. Namun secara garis besar mereka memiliki harapan agar kita menjadi orang yang baik,sukses,bahagia, dan lebih peduli. Mereka ingin melihat kita dalam kondisi yang lebih baik,secara perilaku,mental,fisik,hubungan,status maupun materi. Terkadang apa yang mereka harapkan dari diri kita merupakan cerminan dari apa yang mereka harapkan dari diri mereka sendiri. Dengan melihat kita mampu mewujudkan harapan mereka,mereka merasa ada bagian dari dirinya yang telah mewujudkan harapan mereka terhadap diri sendiri. Oleh karena itu mereka merasa senang bila kita mampu mewujudkan harapan mereka,dan merasa sedih jika kita gagal mewujudkan harapan mereka.

Tentu dalam hidup tak mungkin untuk mewujudkan harapan setiap orang. Beberapa orang,juga mereka yang dekat dengan kita,kadang harus merasakan kekecewaan karena kenyataan yang mereka lihat dalam diri kita tidak sesuai dengan apa yang ada di kepala mereka. Kegagalan dalam memenuhi harapan-harapan bisa terjadi karena harapan-harapan tersebut diluar kemampuan atau keinginan kita,atau bisa jadi kita gagal memenuhi harapan-harapan itu karena kesalahan murni yang kita buat. Kita mampu,namun karena perilaku,sifat,atau kebiasaan buruk, kita telah mencegah harapan seseorang menjadi kenyataan. Kita dengan sengaja,baik secara sadar maupun tidak sadar,telah membuat hati seseorang manusia terluka. Kegagalan kita tidak hanya menyakiti diri kita sendiri,namun juga menggores hati mereka yang ingin melihat kita berhasil. Namun bagaimana jika kegagalan,ketidakmampuan untuk memenuhi harapan telah terlanjur terjadi? Tentunya waktu tak dapat diminta untuk mundur semata-mata agar kita dapat memperbaiki kesalahan kita di masa lalu. Bagaimana jika kita terlanjur membuat luka di hati seseorang akibat kegagalan kita? Bagaimana perasaan orang yang harapannya pupus di tangan kita?

Kadang mereka mengerti status kita sebagai manusia yang memiliki kemungkinan berbuat kesalahan. Kadang mereka meluapkan kekecewaan mereka dengan kemarahan atau air mata. Kadang mereka hanya memendam begitu saja harapan yang hilang. Satu yang pasti mereka kecewa,sedikit atau banyak,diperlihatkan atau tidak diperlihatkan,jauh dalam hati mereka kecewa. Ada sebuah kasus dimana harapan yang digantungkan kepada diri kita sangat besar,sehingga ketika harapan itu gagal terpenuhi kekecewaan besar terjadi,luka baru yang dalam tercipta. Karena dihantam oleh kekecewaan yang dalam,insting manusia mereka mengatakan untuk tidak ingin merasakan hal seperti itu lagi. Maka sebuah keputusan diambil,keputusan untuk tidak menggantungkan harapan lagi kepada kita,dengan begitu peluang kita mengecewakan mereka lagi menjadi hilang. Tapi apakah benar begitu? Apakah mereka benar-benar berhenti berharap kepada kita untuk menghilangkan kekecewaan mereka? Apakah kita tidak punya peluang lagi untuk mengecewakan mereka lagi karena kegagalan atau kesalahan kita? Jawabannya ”tidak”. Mereka tidak benar-benar berhenti berharap kepada kita,bahkan mereka terus berharap dalam alam bawah sadar mereka. Buktinya,jika suatu hari kita mampu mengembalikan harapan mereka yang pernah kita buang mereka akan merasa senang sekali. Itu karena mereka masih berharap,dan ketika harapan itu akhirnya terwujud tidak lain kebahagiaanlah yang datang.

Mereka tidak pernah berhenti berharap. Mereka tidak pernah menghapus hutang-hutang harapan kita kepada mereka. Artinya kita masih punya hutang untuk dilunasi,artinya juga kita masih punya kesempatan untuk menyembuhkan hati yang pernah kita lukai. Jadi jika kita telah mengecewakan seseorang karena gagal memenuhi harapannya jangan berhenti mencoba untuk terus memenuhi harapan tersebut,jika memang harapan tersebut sesuai dengan apa yang ada dalam diri kita. A hope never lost,their just burried.

An Opening Words

To finish first,first you have to finish
To be a great writer,first you have to write

Salah satu impianku adalah menjadi seorang penulis yang tulisannya mampu menginspirasi banyak orang. Penulis yang menghasilkan tulisan yang mempu menyumbangkan pemikiran baru bagi kebaikan dan perbaikan kehidupan manusia. Tema yang akan sering muncul di blog ini adalah tentang spritualitas,pencarian diri sendiri,kebijaksanaan,tindak kebaikan,manusia,filsafat,dan hal-hal sejenis. Tidak lain karena aku pribadi tertarik dengan topik-topik di atas. Blog ini juga sebagai media pembelajaran bagiku,belajar untuk mengungkapkan pemikiranku pada dunia luar,belajar menerima masukan,kritik,maupun saran tentang tulisanku. Aku berusaha untuk terus membuat posting di blog ini,paling tidak dua kali seminggu. Segala komentar yang masuk ke blog ini selama itu tidak bertentangan dengan etika berinternet akan dengan senang hati dihargai. Semoga blog ini merupakan sarana yang ditakdirkan Tuhan untuk sesuatu yang lebih besar.